Wednesday, December 16, 2020

Bersepeda atau lari

Bersepeda atau lari, mana yang lebih efektif turunkan berat badan?

Antara lari dan bersepeda memiliki perbedaan dalam membakar kalori lho.

30 / 06 / 2020

Brilio.net - Sejak beberapa tahun terakhir, masyarakat sudah mulai peduli terhadap kesehatan. Banyak dari mereka yang kini menjalani gaya hidup sehat, mulai dari menjaga pola makan hingga melakukan olahraga.

Saat ini, sepeda menjadi olahraga yang lagi naik daun. Di mana pun bisa dilihat perkumpulan orang menggunakan sepeda. Saat melakukan olahraga, kunci utamanya adalah sesuaikan dengan kemampuan diri. Olahraga seperti bersepeda dan lari bisa jadi olahraga terbaik yang bisa dilakukan kapan saja.

Namun terkadang kita bertanya-tanya, antara lari dan bersepeda mana yang lebih baik untuk diri kita. Dilansir brilio.net dari Pinkvilla, Selasa (30/6) Secara umum, berlari membakar lebih banyak kalori daripada bersepeda karena menggunakan lebih banyak otot dan meningkatkan detak jantung. Namun, karena bersepeda tidak terlalu intens, kamu mungkin bisa melakukannya untuk waktu yang lebih lama.

Sementara itu, untuk kamu yang ingin mengencangkan otot, bersepeda bisa membantu kamu membangun otot di bagian bawah. Namun sebaliknya lari tidak membantu membangun otot tetapi ini dapat membantu kamu mengembangkan otot yang kencang.

Sementara itu, untuk menurunkan berat badan kamu bisa melakukan keduanya. Karena pada akhirnya penurunan berat badan adalah soal keseimbangan kalori. Di mana itu juga harus dikombinasikan dengan diet yang tepat.

Nah, untuk menjaga kesehatan jantung, bisa dengan olahraga aerobik yang dapat membantu memompa oksigen lebih efisien. Menurut para ahli, melakukan olahraga berat 5 jam seminggu sudah cukup untuk menjaga kesehatan jantung kamu.


Sumber :

https://www.brilio.net/olahraga/bersepeda-atau-lari-mana-yang-lebih-efektif-turunkan-berat-badan-2006303.html#

Pilih Olahraga Lari atau Sepeda?

Ingin Turunkan Berat Badan, Pilih Olahraga Lari atau Sepeda?

16 Juni 2019

Masyarakat urban saat ini mulai menyadari gaya hidup sehat dengan mengurangi berat badan. Caranya pun banyak. Misalnya dengan diet dan olahraga.

Apalagi, olahraga seperti lari, gym, hingga bersepeda saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup yang banyak diunggah di media sosial. Lantas jika tujuannya ingin membakar kalori, antara bersepeda dan berlari, manakah yang bisa cepat menurunkan berat badan?

Dilansir dari Live Strong, Minggu (16/6), keduanya bisa membakar kalori, meningkatkan kesehatan jantung, dan dapat disesuaikan dengan kantong. Bisa juga menggabungkan keduanya.

Secara umum, berlari dan bersepeda menurunkan jumlah kalori yang sama. Tetapi pengeluaran kalori yang tepat tergantung pada intensitas dan durasi latihan. Untuk meningkatkan jumlah itu, seseorang dapat menambah kecepatan, menambah tanjakan atau mencoba latihan interval, bergantian antara kecepatan dan periode pemulihan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan cara tepat berlari dan bersepeda jika ingin membakar 300 kalori. Apa pun caranya, asal dilakukan dengan niat yang konsisten.

Pertama, 30 menit berlari dengan kecepatan 5 mil per jam. Kedua, 30 menit bersepeda dengan kecepatan lebih dari 10 mil per jam. Ketiga, 20 menit berlari dengan kecepatan 8 mil per jam. Keempat, 60 menit bersepeda dengan kecepatan kurang dari 10 mil per jam.

Baik bersepeda maupun lari bisa menjadi bagian dari rencana penurunan berat badan yang sukses. Total kalori yang terbakar tergantung pada berbagai faktor, termasuk intensitas, waktu, dan jarak.

Latihan interval dapat membantu meningkatkan pembakaran lemak. Ini bisa dimulai dari pemanasan lima menit, diikuti dengan satu menit bersepeda atau berlari cepat, kemudian dua menit pemulihan atau latihan intensitas rendah. Jika hal tersebut dilakukan dengan benar dan konsisten, maka rasakan hasil yang optimal.


Sumber :

https://www.jawapos.com/kesehatan/16/06/2019/ingin-turunkan-berat-badan-pilih-olahraga-lari-atau-sepeda/

Lari Vs Sepeda

Lari Vs Sepeda, Mana yang Lebih Baik? 

15/02/2019

Kamu mungkin memiliki teman atau anggota keluarga yang gemar mengikuti lomba maraton. Kamu juga mungkin saja memiliki kerabat yang sangat senang bersepeda. Atau, bisa juga salah satu dari olahraga tersebut adalah favoritmu. Lalu, dari keduanya mana yang sebetulnya lebih baik? 

Kamu memang tak perlu memilih salah satunya dan bisa melakukan keduanya. Sebab, jika kamu sedang ingin memulai rutinitas kardio, ada baiknya mengetahui mana jenis olahraga yang lebih baik dan cocok untukmu. 

Lari menggunakan lebih banyak otot, artinya lebih banyak pula pembakaran energi yang terjadi. Hal itu diungkapkan celebrity trainer tersertifikasi NASM sekaligus instruktur di Barry's Bootcamp, Astrid Swan. 

Meskipun lari dianggap banyak menggunakan kaki, namun otot inti dan bagian atas tubuh juga ikut bergerak. Lari mampu membakar sekitar 566-839 kalori setiap jamnya. Selain meningkatkan kesehatan jantung dan membakar kalori, lari juga bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan. Swan mengatakan, lari memiliki manfaat jangka panjang. 

"Lari akan menimbulkan stres positif bagi tubuh dan mencegah osteoporosis." "Lari juga merupakan jenis olahraga yang bisa menguatkan jantung serta meningkatkan metabolisme," kata dia. Satu riset telah membuktikan, lari bisa membantu menguatkan kesehatan tulang. Meski hanya merupakan studi kecil, namun terungkap stres yang ditimbulkan karena aktivitas fisik yang menahan berat seperti lari dapat melindungi tulang lebih baik. 

Hal itu jika dibandingkan dengan aktivitas fisik tanpa menahan berat seperti bersepeda. Lari juga merupakan aktivitas fisik yang -relatif, tak memerlukan uang. Kamu hanya membutuhkan sepasang sepatu agar bisa berlari. Jadi, lari bisa menjadi pilihan cerdas. Bukan begitu? 

"Lari juga bisa dilakukan secara alami. Kamu tinggal melangkah saja," kata Swan. Nah, bersepeda memang tidak membutuhkan skill khusus, kecuali kamu bersepeda di luar ruangan. Tetapi, lari juga bisa dengan mudah disisipkan ke dalam aktivitas harianmu, di mana pun kamu berada. Jika kamu sedang bepergian, lari juga menjadi pilihan olahraga yang sangat praktis. Kamu hanya tinggal memakai sepatumu dan berlari. 

Namun, lari seringkali dikaitkan dengan risiko cedera, seperti patah tulang kering, retak tulang, sakit lutut, dan lainnya. Karena lari merupakan aktivitas berdampak tinggi (high-impact activity), maka penting untuk memperhatikan kondisi tubuhmu, sehingga cedera bisa dihindari. 

Trainer tersertifikasi NASM, sekaligus instruktur Peloton Bike and Tread, Olivia Amato mengungkapkan pandangannya. Menurut dia, salah satu manfaat bersepeda adalah dampak yang tidak terlalu besar terhadap sendi. Sehingga, bersepeda bisa menjadi pilihan olahraga yang tepat bagi yang baru memulai olahraga. 

Jika kamu memiliki lutut yang cedera atau harus menghindari olahraga high impact, kamu bisa memilih olahraga sepeda sebagai pengganti kardio high impact, seperti lari. Meski merupakan kardio low impact, namun bersepeda juga bisa membakar kalori dan memberikan manfaat kardio yang sama. Bersepeda bisa membakar sebanyak 498-738 kalori dalam satu jam. Selain itu, Swan menjelaskan, bersepeda bisa membantu membangun otot terutama otot kaki. 

Sebab, ketika bersepeda kita akan bekerja melawan resistensi dan menggunakan glute serta quad untuk memacu kecepatan. Manfaat lainnya dari bersepeda adalah kita bisa melakukan banyak hal sambil bersepeda. Misalnya, pergi ke kantor, swalayan, atau tempat lainnya. Penelitian ilmiah pun menunjukkan beragam manfaat olahraga ini terhadap kesehatan. 

Sebuah studi besar mengaitkan aktivitas bersepeda ke tempat kerja dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyebab kematian secara umum. Dengan kata lain, bersepeda juga bisa membantu kita untuk hidup lebih lama. Namun, salah satu hal negatif dari bersepeda adalah biaya. 

Bersepeda bukanlah olahraga gratis. Jika ingin mengikuti kelas bersepeda, kamu harus rela mengeluarkan uang yang tidak murah. Sementara jika ingin bersepeda di luar ruangan, kamu juga membutuhkan sepeda yang mumpuni. Jadi, jika biaya adalah salah satu pertimbangan utamamu, sepeda bukanlah opsi yang tepat. 

Mana lebih baik? 

Faktor krusial yang harus dipertimbangkan ketika memilih jenis olahraga adalah, kamu harus memilih olahraga yang membuatmu bahagia dan bisa dilakukan secara berkelanjutan. Jadi, jika kamu mencoba lari namun tidak merasa suka dengan olahraga tersebut, kamu bisa mencoba bersepeda atau bahkan jenis olahraga lainnya. 

Apa pun yang kamu pilih, kamu akan mendapatkan latihan kardio yang luar biasa. Faktanya, sebuah penelitian menemukan, jika kita bekerja pada upaya yang sama (khususnya dengan persentase VO2Max yang sama), kita akan mendapatkan peningkatan daya tahan yang sama dari berlari maupun bersepeda. Dua jenis olahraga tersebut juga mampu membakar kalori dalam jumlah yang sama-sama signifikan. 

Menurut American College of Sports Medicine, lari umumnya membakar 566-839 kalori per jam, sementara bersepeda dengan kecepatan tinggi bisa membakar 498-738 kalori per jam. Selain itu, hal penting lainnya agar rutinitas olahragamu berkelangsungan adalah mulailah dengan perlahan. 

"Jangan berpikir kamu akan langsung bisa lari lima kilometer dalam satu hari. Kamu mungkin baru bisa berlari jarak pendek ketika memulai," kata Swan. Bangunlah ketahanan tubuhmu, dan terus menerus meningkatkan jumlah langkah. 

Jika tidak, bisa jadi kamu justru membenci olahraga tersebut karena menganggapnya terlalu berat dan pada akhirnya berhenti melakukannya. "Tahapan tersulit sebetulnya adalah memulai," kata Amato. Banggalah pada dirimu sendiri, karena sudah memulai olahraga. Sebab, hal itu adalah langkah yang penting. 

"Tak peduli di mana kamu memulai, perkembangan akan datang bersama dengan waktu dan usaha," tambah dia. Jadi kesimpulannya adalah, baik lari maupun bersepeda menawarkan manfaat kardiovaskular dan pembakaran energi yang sama. Pilihlah olahraga yang kamu suka dan sesuai dengan gaya hidupmu.


Sumber :

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/02/15/060000720/lari-vs-sepeda-mana-yang-lebih-baik-?page=all.

Monday, November 23, 2020

Mitos Penyebab Kegemukan

Mitos Penyebab Kegemukan yang Tak Perlu Anda Percaya

dr. Alvin Nursalim, SpPD

09 Nov 2020, 14:10 WIB


Banyak mitos seputar penyebab kegemukan yang beredar luas di masyarakat. Jauhkan diri dari hoaks yang menyesatkan, dengan mengetahui fakta medis berikut ini!

Kegemukan adalah masalah kesehatan yang sering ditemukan dewasa ini. Keadaan yang dikenal dengan sebutan obesitas ini harus dihindari, karena merupakan salah satu faktor risiko diabetes, penyakit jantung, dan stroke.

Setiap orang mesti membekali diri dengan pengetahuan mengenai obesitas, agar tak lagi terjebak mitos keliru yang beredar luas.


Berikut ini adalah mitos terkait penyebab kegemukan beserta fakta medis yang sebenarnya:


1. Obesitas Disebabkan Oleh Kondisi Genetik

Fakta: tidak sepenuhnya benar.

Obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang dapat dan yang tidak dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup, pola makan, dan olahraga. Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah genetik.

Dengan kata lain, gen kegemukan bukanlah vonis mutlak Anda akan mengalami kondisi tersebut. Risiko Anda mengalami kondisi tersebut dapat diminimalkan dengan menerapkan gaya hidup sehat, pola makan seimbang, dan olahraga teratur.


2. Obesitas Akibat Kondisi Tulang yang Besar

Fakta: salah.

Sebagian orang memang terlahir dengan massa, volume, dan dimensi ukuran tulang yang lebih besar. Namun, hal tersebut bukanlah penyebab kegemukan.


3. Gemuk Karena Kebanyakan Minuman Bersoda

Fakta: benar

Minuman bersoda memiliki kandungan gizi yang rendah, dengan kadar kalori yang tinggi. Kombinasi tersebut dapat meningkatkan risiko kegemukan jika dikonsumsi terus-menerus.


4. Obesitas Tidak Berhubungan dengan Diabetes

Fakta: salah

Seperti telah disinggung sebelumnya, obesitas adalah salah satu faktor risiko penyakit diabetes. Bahkan, orang dengan diabetes yang mengalami kegemukan berisiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi yang fatal.


5. Obesitas Akibat Malas Gerak

Fakta: benar

Kurang olahraga dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Malas bergerak membuat proses pembakaran kalori kurang maksimal. Apabila hal tersebut dikombinasikan dengan asupan makanan yang tidak seimbang, risiko obesitas bisa semakin tinggi.


6. Makan Buah dan Sayur Pasti Menurunkan Berat Badan

Fakta: tidak sepenuhnya benar

Buah dan sayur adalah pilihan makanan yang baik untuk kesehatan. Namun, Anda perlu memperhatikan jenis buah dan sayur yang dikonsumsi.

Hindari buah dan sayur yang sudah diawetkan atau yang sudah diproses dengan tambahan gula maupun pemanis buatan.

Kandungan gula dan garam pada produk buah atau sayur yang diawetkan dalam bentuk asinan maupun manisan cenderung tinggi. Hal ini dapat menyebabkan obesitas, khususnya jika dikonsumsi berlebihan.

Jika Anda sedang dalam program menurunkan berat badan, pilihlah jenis buah dan sayuran segar. Hindari pula mengolahnya dengan tambahan gula atau garam.


Cegah obesitas dengan menerapkan gaya hidup sehat, pola makan bergizi seimbang, dan rutin berolahraga. Bekali pula diri Anda dengan pengetahuan mengenai obesitas, agar tidak lagi terjebak mitos keliru yang beredar luas.


Sumber :

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2696058/mitos-penyebab-kegemukan-yang-tak-perlu-anda-percaya

Sunday, September 20, 2020

Mitos Lemak Perut

4 Mitos Lemak Perut yang Perlu Kamu Tau


Masa karantina mandiri selama pandemi virus Corona boleh jadi sekaligus merupakan momen untuk mewujudkan 'body goals'. Sebagian orang mengidamkan postur tubuh impian, termasuk ingin mempunyai perut kotak-kotak.

Karena itu orang-orang gigih berolahraga demi mendapat tubuh yang ideal. Selagi Anda berolahraga dan mengupayakan tubuh impian, ternyata ada mitos-mitos tentang lemak perut yang perlu kamu tahu.

Mitos-mitos ini justru bisa menguburkan tujuan utama Anda menyehatkan tubuh. Berikut beberapa mitos lemak perut dikutip dari Live Strong.


1. Lemak perut sama dengan lemak lain

Jangan anggap enteng lemak pada perut. Lemak perut khususnya lemak viseral malah jauh lebih berbahaya daripada lemak di bagian tubuh lain. Lemak viseral juga ditemukan pada organ-organ tubuh lain dan bertanggung jawab untuk beragam masalah kesehatan seperti, resistensi insulin, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kanker payudara.

Ada cara sederhana untuk mengetahui kapan lingkar pinggang sudah masuk zona bahaya. Pada pria, jika ukuran lingkar pinggang lebih dari 90 centimeter jadi tanda lemak perut tidak sehat. Sedangkan pada perempuan, 80 centimeter. Nah kalo kamu berapa detikers.


2. Olahraga demi perut rata

Meyakini 100 kali sit up setiap hari bisa melunturkan lemak perut, hal ini ternyata keliru. Menurut Peter Jenkins, personal trainer di New York, Anda tidak bisa mengurangi lemak perut secara efektif.

"Tetapi Anda dapat secara aktif melatih dan mengembangkan otot perut Anda sehingga ketika kadar lemak Anda secara keseluruhan menurun, bentuk otot Anda akan menjadi lebih terlihat," jelas Jenkins.


3. Latihan kardio adalah yang terbaik

Apakah cardio jadi latihan terbaik untuk mengatasi lemak perut? Justru Latihan HIIT (high-intensity interval training) yang lebih efektif. Jenkins mengatakan, HIIT akan lebih membakar lebih banyak energi selama periode waktu tertentu daripada latihan kardio termasuk aerobik.

Sebuah penelitian yang diterbitkan Mayo Clinic Proceeding pada 2019 membandingkan efek latihan HIIT selama 30-60 detik dan intensitas sedang. Peneliti menemukan kelompok HIIT kehilangan lebih banyak lemak perut dan lemak tubuh secara keseluruhan.

Akan tetapi sebaiknya Anda tidak buru-buru mengubah latihan menjadi HIIT secara drastis. Elemen latihan lain juga diperlukan seperti latihan ketahanan yang bisa meningkatkan metabolisme.


4. Makanan bisa melunturkan lemak

Katheryn Scauzzo, pakar diet, menegaskan tak ada yang namanya makanan juga minuman peluntur lemak perut. Namun memang ada beberapa petunjuk untuk makan makanan sehat yang bisa membantu. Diet mediterania misalnya, diet ini memprioritaskan konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan lemak sehat.

Studi terbitan The American Journal of Clinical Nutrition menyebut makanan yang tinggi serat bisa menurunkan kadar lemak viseral. Ini terutama pada konsumsi serat larut air (soluble fibre). Menurut studi yang diterbitkan di jurnal Obesity, konsumsi 10 gram serat per hari bisa 'melunturkan' lemak perut hingga 4 persen.


Sumber :

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5017035/4-mitos-lemak-perut-yang-perlu-kamu-tau

Thursday, March 12, 2020

Perbedaan Diet ala Jepang dan Barat

Sama-sama Populer, Ini Perbedaan Diet ala Jepang dan Barat

Perbedaan diet ala Jepang dan Barat penting diketahui sebelum kamu putuskan untuk berdiet. Keduanya memiliki pendekatan yang tak sama seperti berikut.

Diet memang terdiri dari berbagai jenis. Tak hanya fokus mengurangi kalori makanan, namun ada juga yang mengganti pola makan. Seperti hanya mengonsumsi produk nabati, tidak mengonsumsi gula, mengurangi kadar garam, dan lainnya.

Tak hanya itu, diet juga memiliki perbedaan di beberapa negara. Seperti di Jepang dan negara-negara Barat yang masuk ke dalam lingkup benua Eropa dan Amerika.


Dilansir dari Savvy Tokyo (29/1), ini perbedaan diet ala Jepang dan Barat yang diinformasikan dari orang Barat yang tinggal di Tokyo, Jepang. Berikut perbedaan diet tersebut.

1. Diet Orang Jepang Lebih Luas Sedangkan Diet Barat Lebih Detail
Perbedaan pertama terdapat pada hidangan untuk mereka para pelaku diet Jepang dan Barat. Untuk orang Jepang mereka cenderung memilih hidangan yang dapat dinikmati dalam satu set menu. Namun hidangan yang mereka konsumsi tetap dalam kategori makanan yang sehat.

Sedangkan untuk diet Barat lebih detail, seperti menggunakan takaran karbohidrat, protein, kalori, vitamin, dan lainnya. Pola detail seperti itu diterapkan agar setiap makanan yang dikonsumsi dalam diet dapat berfungsi baik pada tubuh.

Untuk diet Jepang biasanya mereka mengonsumsi protein hewani atau nabati, aneka sayuran, nasi, sup, dan juga acar. Namun untuk sayuran selalu berganti seiring perubahan musim. Diet Barat yang menerapkan takaran karbohidrat, protein, dan lainnya, harus lebih memperhatikan makanannya dan terlihat lebih sehat. Karena biasanya mereka tidak menggunakan olahan yang digoreng, bahkan mereka menyantapnya secara mentah seperti salad.

2. Makanan Diet Orang Jepang Lebih Beragam
Orang-orang di Jepang jika sedang berdiet tidak terlalu ekstrem. Mereka tetap mengonsumsi makanan seperti biasanya dan menerapkan set makanan ke dalamnya. Set makanan ini dinamakan sebagai teishoku, berisikan beragam makanan setidaknya 2 bahkan 3 makanan dalam satu set.

Dalam satu set makanan tersebut berisikan ikan untuk asupan protein hewani yang diperlukan oleh tubuh setiap harinya. Atau Anda bisa pula menggantinya dengan protein nabati seperti tahu, dan lainnya. Dalam diet orang Jepang, mereka tetap menggunakan nasi sebagai asupan karbohidrat per hari.

Selain nasi dan ikan, diet Jepang ini juga menyajikan hidangan sup, acar, sayuran hijau, umbi-umbian seperti ubi, wortel, dan lainnya. Ada pula salad sebagai pelengkapnya. Diet Jepang ini terlihat lebih mengenyangkan karena memiliki ragam yang banyak, namun tetap sehat.

3. Makanan Diet Jepang Dapat Menyehatkan Pencernaan
Selain membuat gaya hidup lebih sehat, diet orang Jepang ini juga memiliki kombinasi yang dapat menyehatkan pencernaan. Karena kombinasi makanan diet orang Jepang ini lebih seimbang. Terdiri dari karbohidrat, serat, protein, dan lainnya.

Hadirnya acar pada menu diet orang Jepang ini juga sangat membantu dalam menyehatkan pencernaan. Karena acar merupakan makanan yang diproses secara fermentasi. Tentunya makanan fermentasi tersebut mengandung sejumlah bakteri baik yang berguna menyehatkan pencernaan Anda.

Tak hanya menu dietnya, banyak hidangan Jepang yang menambahkan acar atau irisan kol. Seperti saat menyantap katsu yang disajikan bersama irisan kol, irisan kol tersebut berguna untuk memperlancar pencernaan setelah mengonsumsi makanan yang berlemak.

4. Orang Barat Mengandalkan Air Putih dalam Dietnya
Minum air putih memang sangat baik untuk kesehatan, malah dianjurkan untuk mengonsumsinya sebanyak 2 liter atau 8 gelas per harinya. Ini semua agar tubuh tetap terhidrasi dan menghidari dehidrasi yang dapat membahayakan kesehatan tubuh Anda.

Untuk orang Barat, minum air putih adalah salah satu kunci dalam diet mereka. Ini dikarenakan kebanyakan makanan mereka sangat kering dan memerlukan konsumsi air putih yang banyak untuk menjaga tubuh agar tetap terhidrasi. Seperti mengonsumsi sandwich yang bahan-bahannya kebanyakan adalah bahan makanan dengan kandungan air sedikit, sehingga memerlukan teh, kopi atau air putih setelah menyantapnya.

Berbeda dengan diet Jepang yang banyak sekali kombinasi makanan mengandung air. Seperti nasi yang dimasak menggunakan air, lalu ada pula sayur-sayuran yang banyak mengandung air. Tak ketinggalan adanya sup dengan kandungan air yang berlebih. Jadi walaupun tidak mengonsumsi air putih sesuai anjuran untuk menghidrasi tubuh, mereka mendapatkan asupan air dari bahan makanan lainnya.

5. Orang Jepang Tidak Banyak Minum Air Saat Makan
Menilik lagi dari pembahasan sebelumnya, orang Jepang memang tidak terlalu banyak mengonsumsi air saat sedang makan. Berbeda sekali dengan orang Barat yang selalu mengonsumsi air saat sedang makan. Perbedaan ini dapat terlihat ketika Anda datang ke restoran, saat menyantap beragam makanan orang Barat pastinya pelayan akan menanyakan berkali-kali tentang minum Anda.

Namun itu tidak terjadi saat Anda menyantap makanan di Jepang. Biasanya untuk orang Jepang, mereka hanya disuguhi oleh segelas kecil air putih atau cangkir kecil berisi teh. Ini karena orang-orang di Jepang menerampakan filosofi kesehatan dari budaya Timur, dimana mereka percaya bahwa air dapat 'memadamkan' proses pencernaan mereka.

Ada beberapa penelitian yang juga membuktikan untuk tidak terlalu banyak meminum air saat makan. Karena itu akan mengganggu proses pencernaan Anda dan akan mengencerkan asam lambung. Jadi lebih baik untuk mengonsumsi makanan dengan kandungan air yang banyak dan setelah selesai makan barulah minum. Daripada harus terus menerus minum namun tidak baik untuk pencernaan.


Sumber :
https://food.detik.com/info-sehat/d-4884386/sama-sama-populer-ini-perbedaan-diet-ala-jepang-dan-barat/1/#news

Diet Suku Suku Separuh

Tetap Makan Enak, Wanita Ini Turun 18 Kg dalam 3 Bulan!

Wanita Malaysia ini berhasil turunkan berat badan hingga 18 kilogram dalam 3 bulan saja. Selama itu, ia tetap menikmati ragam makanan enak. Seperti apa caranya?

Seorang wanita asal Malaysia bernama Nurain Sazila menjalani program diet demi tubuh langsing yang ia dambakan. Dilansir dari World of Buzz (10/3), wanita ini mengaku dulunya memiliki berat badan 75 kilogram dan kini berat badannya sekitar 57 kilogram.

Nurain membagikan kisah penurunan berat badannya di Facebook Dalam unggahannya, Nurain menjelaskan kalau ia menjalani tipe Diet Suku Suku Separuh atau biasa dikenal di Malaysia dengan DSSS.

Jenis diet Suku Suku Separuh tersebut dikenalkan oleh Kementerian Kesehatan Malaysia. Dimana diet tersebut tetap memperbolehkan makan enak namun dengan porsi yang tetap dijaga.

Menu diet ini mengharuskan setengah piringnya terisi asupan serat yang berasal dari sayuran atau buah-buahan. Dan setengah lagi berisikan nasi serta lauk-pauk dengan asupan protein tinggi.

Seperti menu diet yang ia bagikan di akun Facebook pribadinya. Dimana satu piring berisikan asupan serat yang berasal dari salad selada serta tomat ceri, dan setengahnya lagi berisikan tumisan potongan daging ayam, nasi putih porsi kecil, dan sambal.

Menu lainnya berisikan setengah piring tumisan paprika dan jamur, nasi putih porsi kecil dan dua potong ayam bakar, dan tak ketinggalan sambal. Ada lagi menu yang terlihat sederhana berisikan semangkuk olahan daun bayam, beberapa potong jeruk sunkist, nasi putih porsi kecil, tempe goreng, dan sambal penyet yang pedas.


Kunci dari diet ini adalah dalam satu piring makanan yang akan disantap harus berisikan asupan serat yang cukup, karbohidrat yang tidak berlebihan, serta asupan protein yang tinggi. Asupan protein ini bisa berupa olahan daging ayam, telur, ikan salmon, serta olahan protein nabati.

Menunya pun bisa disesuaikan dengan kreasi dan selera masing-masing.

Jadi, apakah tertarik untuk mencoba Diet Suku Suku Separuh dari Malaysia ini?


Sumber :
https://food.detik.com/info-kuliner/d-4934938/tetap-makan-enak-wanita-ini-turun-18-kg-dalam-3-bulan

Tuesday, January 28, 2020

Dari 200 kg menjadi 83 kg

Dulu Bobotnya Nyaris 200 Kg, Begini Keadaan Aria 'Bocah Tergemuk' Sekarang

Aria Permana yang dikenal sebagai bocah tergemuk di dunia kini jauh berbeda. Dulu yang beratnya mencapai 192 kg, sekarang sudah berkurang menjadi 83 kg. Ini berkat bimbingan dari binaragawan Ade Rai yang terus memberinya motivasi untuk mengubah pola hidup yang lebih sehat.

Sebelum menjadi Aria yang sekarang, di tahun 2018 lalu setelah melakukan bedah bariatrik atau pemotongan lambung, beratnya sudah berkurang menjadi 97 kg. Meski begitu, Aria harus tetap menjalani operasi plastik untuk mengurangi kulit bergelambir yang menumpuk di tubuhnya.

"Iya, nanti sudah akan operasi lagi buat angkat kulitnya. Soalnya itu kulitnya udah banyak gitu kan (sisanya)," tutur Rohayah (37), ibunda Aria, di kediamannya di Kabupaten Karawang beberapa waktu lalu.

Pengangkatan kulit Aria juga harus dilakukan secara bertahap. Operasi tersebut akan membuat kulit bergelambir di beberapa bagian tubuhnya, seperti kedua lengan, paha, dan punggung.
Baca juga: Siapakah Aria, Mantan Bocah Tergemuk yang Diposting Ade Rai?

Baru-baru ini, Aria kembali muncul dalam video yang diposting Ade Rai di akun Instagramnya. Dalam video tersebut, Ade menyebut bobot tubuh Aria saat ini sudah 83 kg.

"Di video itu sudah operasi gelambir kulit tahap pertama, dan lagi pengencangan otot di tangan pasca operasi," jelas Ade Rai saat dihubungi detikcom, Rabu (22/1/2019).

Kini Aria sedang menyiapkan proses untuk operasi kembali. Kali ini, ia akan menjalani operasi kulit gelambir tahap kedua yang akan dilakukan di bagian perut atau dada.


Sumber :
https://health.detik.com/kebugaran/d-4869562/dulu-bobotnya-nyaris-200-kg-begini-keadaan-aria-bocah-tergemuk-sekarang

Tuesday, January 14, 2020

Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi

7 Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia, Apa Sajakah?

Setiap tahun, ada sekitar 55,3 juta orang meninggal di seluruh dunia. Itu berarti, ada 151.600 orang meninggal setiap hari, 6.316 orang meninggal setiap jam, 105 orang meninggal setiap menit dan hampir dua orang meninggal setiap detik, ungkap data dari laman Ecology. Penyebabnya beragam, mulai dari penyakit, kecelakaan hingga bunuh diri.

Tahukah kamu, penyakit apa saja yang menjadi penyebab utama kematian di Indonesia? Berapa persentase dan jumlah orang yang meninggal akibat penyakit tersebut? Temukan jawabannya di bawah ini!

1. Stroke
Populasi orang Indonesia di tahun 2017 berjumlah 258,1 juta jiwa. Sebanyak 29,2 persen dari total kematian di tahun 2017 disebabkan oleh stroke. Bisa dibilang, stroke adalah pembunuh nomor satu di Indonesia. Sementara, stroke adalah penyebab kematian nomor 5 di Amerika Serikat dan membunuh 37,6 juta orang di sana, jelas laman Centers for Disease Control and Prevention.

Stroke merupakan penyakit yang menyerang arteri pada otak. Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak tersumbat oleh gumpalan dan akhirnya pecah. Ketika hal itu terjadi, otak tidak bisa mendapat darah dan oksigen yang dibutuhkan, sehingga sel-sel otak mati, terang laman Stroke Association.

2. Penyakit jantung iskemik
Penyakit jantung iskemik menjadi pembunuh nomor dua di Indonesia pada tahun 2017. Sebanyak 29 persen dari total kematian diakibatkan oleh penyakit ini. Penyakit jantung adalah pembunuh utama di berbagai negara, seperti di Turkmenistan di mana penyakit jantung menyebabkan kematian pada 712 orang per 100 ribu jiwa atau Kazakhstan dengan total 635 kematian per 100 ribu orang, data dikutip dari WHO di tahun 2012.

Seperti apa penyakit jantung iskemik? Ini adalah suatu kondisi di mana terjadi penurunan aliran darah dan oksigen ke otot jantung. Ketika arteri menyempit, maka akan lebih sedikit darah dan oksigen yang mencapai otot jantung. Akhirnya, kondisi ini akan menyebabkan serangan jantung dan berujung pada kematian.

3. Diabetes
Lalu, ada diabetes sebagai penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Jumlah kematian akibat diabetes meningkat pesat. Diabetes menduduki peringkat 6 sebagai penyakit yang menyebabkan kematian di tahun 2007 dan merangsek maju di posisi ketiga pada tahun 2017, ungkap laman Health Data.

Diabetes adalah kondisi di mana kadar glukosa darah dalam tubuh terlalu tinggi. Glukosa berasal dari makanan, sementara insulin adalah hormon yang membantu glukosa untuk masuk ke dalam sel dan memberi energi pada tubuh. Tubuh penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dengan baik dan bisa menyebabkan komplikasi, seperti penyakit kardiovaskular, kerusakan saraf dan ginjal.

4. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi keempat di Indonesia pada tahun 2017. Jumlah ini menurun dari tahun 2007, di mana TBC merupakan pembunuh nomor 3 di Indonesia. Sementara, di seluruh dunia terdapat 1,6 juta orang yang meninggal akibat TBC, data dikutip dari WHO di tahun 2017.

TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC bisa menyerang dari orang ke orang melalui perantara udara. Paru-paru adalah organ utama yang diserang oleh bakteri ini. TBC mudah menyerang orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah, seperti HIV, kekurangan gizi atau diabetes.

5. Sirosis hati
Sementara, sirosis hati menduduki peringkat kelima sebagai penyakit penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2017. Peringkat ini turun satu level, di mana di tahun 2007 sirosis hati berada di posisi keempat. Sirosis hati menyebabkan kematian 35 ribu jiwa di Amerika Serikat, ungkap laman Medscape.

Sirosis adalah tahap akhir dari jaringan parut (fibrosis hati) yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti hepatitis dan alkoholisme kronis. Gejala sirosis hati adalah kelelahan, mudah berdarah atau memar, mual, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, bengkak di kaki, perubahan warna kulit dan bola mata jadi kuning dan lain sebagainya, tutur laman Mayo Clinic.

6. Penyakit diare
Kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa diare bisa masuk ke dalam daftar ini? Faktanya, penyakit diare adalah pembunuh nomor 6 terbanyak di Indonesia pada tahun 2017, berdasarkan laman Health Data. Diare membunuh sekitar 2.195 anak-anak setiap harinya. Bahkan, diare membunuh 1 dari 9 anak di seluruh dunia, ungkap laman Centers for Disease Control and Prevention.

Diare terjadi karena menipisnya cairan tubuh yang mengakibatkan dehidrasi berat. Sekitar 88 persen kematian akibat diare disebabkan karena air yang tidak aman, sanitasi yang kurang dan kebersihan yang tidak memadai. Kuman diare umumnya menyebar melalui air, makanan atau benda yang terkontaminasi.

7. Penyakit paru obstruktif kronis
Terakhir, ada penyakit paru obstruktif kronis. Penyakit ini menyebabkan kematian tertinggi ketujuh di Indonesia pada tahun 2017, ungkap laman Health Data. Penyakit ini naik satu peringkat dari tahun 2007 sebagai penyebab kematian di negeri ini. WHO melaporkan bahwa lebih dari 3 juta orang meninggal akibat penyakit ini di tahun 2015.

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ialah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penyakit paru-paru serta ditandai dari meningkatnya sesak napas, sering batuk dan napas menjadi pendek. Dua tipe PPOK paling umum adalah emfisema dan bronkitis kronis.


Sumber :
https://www.idntimes.com/health/medical/nena-zakiah-1/penyakit-penyebab-kematian-tertinggi-di-indonesia/full

Manfaat Jalan Kaki

8 Manfaat Jalan Kaki di Pagi Hari untuk Kesehatan 23/09/2023 Berjalan kaki secara rutin sangat bermanfaat untuk kesehatan, seperti untuk men...

Related Posts